Minggu pagi biasanya bangun tidur jam berapa? Hayo ... ga usah malu, ngaku aja ... Tapi hari minggu, 27 April ini menjadi perkecualian bagi para masyarakat yang tergabung dalam Komunitas Pemerhati Autisma Semarang. Jam 4.00 sudah pada sms-an ... ayo bangun ... ayo siap2 ... jangan sampai telat.
Kehebohan hari ini dimulai pukul 5.30, para simpatisan peduli autisma mulai berkumpul di bundaran air mancur Jl. Imam Bardjo, berseragam warna mencolok … orange – keberadaan komunitas ini cukup menyita perhatian masyarakat. Dari media
Pukul 6.00 Kegiatan dibuka dengan berdo’a bersama, dilanjutkan dengan pengarahan oleh ketua (Bp. Sigit dari SAS) dan tentu saja tak lupa berfoto-ria.
Selanjutnya tepat pukul 6.15 dengan MMT bertuliskan Autism Awareness di barisan terdepan kami (sekitar 35 orang) menyusuri jalan Pahlawan dan mengitari lapangan Simpang Lima (yg setiap Minggu dipadati masyarakat Semarang untuk berolahraga dan rekreasi). Selama perjalanan itu, kami membagikan flyer autisma dan souvernir bertuliskan ”autism awareness”. Sambutan masyarakat cukup heboh, namun ada juga lho .. yg menolak menerima flyer (tapi souvernirnya diambil ...hehe) dikira kampanye politik kali ye ...
Selesai membagi flyer, kami nge-pos di depan kantor Disperindag, niatnya ... jika ada masyarakat yang ingin bertanya lebih lanjut mengenai gejala, jenis2 terapi, diet dll ... dapat konsultasi disini. Ternyata yang datang adalah teman2 sesama orang tua autis yang kami undang melalui sms dan membaca berita dari email di puterakembara, kebanyakan mereka mengajak serta putra-putrinya. Suasananya jadi tambah heboh deh, jadi ajang reuni dan perkenalan sesama ortu dan buntut2nya berisi sharing dan curhat. Jadilah acara pagi ini berlanjut dengan ”parent support sharing” dadakan.
Ah ... meski capek, namun hati senang dan puassss ... sudah menjalankan misi ”syiar” untuk membuka mata dan kepedulian masyarakat akan adanya anak2 dengan gangguan perkembangan autisma ini di sekitar kita.
Harapan kami kegiatan komunitas ini dapat berlanjut dengan kegiatan2 lain yang lebih konkrit, seperti misalnya memsukkan program deteksi dini gangguan perkembangan autisma di kegiatan rutin Posyandu, menyediakan pusat terapi gratis bagi keluarga kurang mampu, dll.
Mau lihat foto-foto yang lain? Silakan klik disini